thanks to all... http://selamat Hari Raya Idul Fitri 1431

Jumat, 18 April 2008

Hari-hari Akhir

Minggu ini adalah minggu penilaian tim Juri YGC ke peserta Lomba Yogyakarta Green and Clean 2008.Setiap peserta lomba pasti merasakan hal yang sama yaitu menantikan hasil dari keputusan tim Juri. Sama seperti peserta yamg lain RW 07 Padukuhan Ngemplak Caban pun begitu, apalagi kemaren tim juri dari sanngar PADMAYA sudah meninjau RW 07,apapun itu hasil keputusan tim Juri, bagi kami ( RW 07 Padukuhan Ngemplak Caban ) sudah menjadi menjadi keputusan yang harus diterima dengan lapang dada. Kalaupun hasilnya tidak memuaskan juga kami patut menerimanya, dan mengakui ada peserta yang lain yang lebih layak dapat Juara. Tapi itu tadi cuma andaikata, klo memang keputusannya begitu, tapi kami ( Padukuhan Ngemplak Caban RW 07 ) tetap Otimis akan menjadi Juara Lomba Yogyakarta Green and Clean 2008 ini.Karena apa yang kami lakukan selama ini sangat pantas jika menerima gelar Juara.Semoga apa yang kami inginkan bisa terlaksana, Amin...
Padukuhan Ngemplak Caban RW 07 Pasti Bisa Menjadi Juara Yogyakarta Green and Clean..!!!!!!!

Putramu
Karang Taruna RW 07

Read More..

Rabu, 16 April 2008

foto TPS






Read More..

Selasa, 15 April 2008

Greng- nya RW 07














































Read More..



aturan pemilahan sampah yang ditempel di rumah-rumah Warga RW 07






Laboratorium Pengolahahan Sampah DI Padukuhan Ngemplak Caban RW 07








Program penghijauan olek Karang Taruna RW o7 dibantu oleh bapak-bapak dan ibu-ibu di Padukuhan Ngemplak Caban RW 07








Apotek Hidup di Padukuhan Ngemplak Caban RW 07

Read More..

Kami Melakukannya..!!!


Seperti kebanyakan daerah pedusunan lainnya, RW 7 Ngemplak Caban masih ada banyak lahan (halaman) yang cukup luas di tiap rumah, masih ditambah lagi dengan kebon kosong di tengah dusun, sehingga masih tersedia cukup banyak lahan bagi warga untuk membuang sampah, baik itu sampah rumah tangga maupun sampah daun (dari pohon).
Kondisi diatas bisa jadi merupakan satu kelebihan dari RW 7, masyarakat tidak perlu pusing memikirkan bagaimana mengolah sampah organiknya, karena lahan mereka akan membusukkan sampah tersebut untuk kemudian mengubahnya jadi humus. Namun demikian, kondisi tersebut juga bisa berpeluang besar untuk menjadi sebuah “kemudahan yang melenakan”, melenakan karena warga kemudian merasa lingkungan tempat tinggal mereka masih ‘aman’ untuk tidak dijaga secara khusus, hingga kemudian timbul beberapa masalah yang belum dianggap sebagai masalah, antara lain : asap pembakaran sampah, sampah plastic yang menumpuk dan mencemari lahan warga, sanitasi lingkungan dan air tanah yang terus menurun.
Permasalahan diatas hingga beberapa saat yang lalu tidak dianggap sebagai masalah karena bisa jadi akibat dari dua hal : tingkat pemahaman yang kurang dan permasalahan yang ada tidak separah di perkotaan.
Tingkat pemahaman yang kurang ini memang terjadi di hampir semua wilayah Indonesia (warisan orde baru, hahaha), kebersihan hanya dibaca sebatas bahwa sampah tidak terlihat oleh mata dan kerapihan lingkungan yang diberi pertanda “produk semen”. Usaha yang ditempuh untuk menghilangkan sampah dari pandangan adalah dengan mengubur dan membakar. Cara mengubur sampah ini bahkan juga untuk memperlakukan sampah non organic, sehingga ketika lobang sampah yang sekarang penuh lalu diurug, kemudian membuat lobang sampah baru, celakanya lobang yang baru dulu adalah lokasi lobang lama yang sudah diurug (dimana didalamnya dulu juga banyak sampah plastic), ketika lobang baru dibuat sampah plastic yang jelas belum busuk itu ikut teangkat naik. Kondisi plastic yang bercampur tanah dan tampak jorok itu jelas membuat kita males untuk mengambilinya lagi dan mengembailikannya ke lobang, akhirnya lama kelamaan halaman warga pun penuh dengan tebaran plastic yang baru bisa terurai paling cepat 200 tahun. Sementara cara membakar sampah jelas sungguh sungguh jauh lebih tidak sehat, bisa dibayangkan bila asap rokok saja memproduksi hampir 2000 senyawa berbahaya, bagaimana dengan pembakaran sampah? Kebiasaan ini diperparah lagi dengan tenaga kebersihan dari DKP kabupaten Sleman yang melakukan treatment serupa terhadap sampah pinggir jalan, yaitu dengan dibakar. Kondisi di Ngemplak berkaitan dengan kebiasaan ini, sama sekali tidak sehat bagi para perempuan dan anak – anak, bisa dibayangkan bahwa pada pagi hari saat hanya para ibu yang berada dirumah dan anak anak sedang belajar di SD inpres Pangukan, kepulan asap selalu terhisap oleh mereka.
Kerapihan lingkungan yang diberi “pertanda semen”, adalah tipikal pembangunan lingkungan ala “Pembangunanisme Orde baru”, semangat monumental lebih diapresiasi dari pada treatment yang lebih sustainable. Kemajuan yang memberi efek samping kepada kualitas lingkungan misalnya perkerasan jalan dengan materi yang mengurangi resapan air, perkerasan halaman rumah dengan semen dll. Bahkan di RW 7, selokan irigasi yang ada di tepi dusun disemen tidak hanya dibagian sisi parit saja, tapi sekaligus dasar paritnya.
Hal diatas belum membicarakan berbagai kebiasaan lain yang sepele tapi bisa meningkatkan pemanasan global.
Permasalahan yang warga RW 7 hadapi memang tidak separah kondisi di perkotaan, tapi apabila dari sekarang warga dusun tidak bersiap, maka sebentar lagi tentu akan menghadapi kondisi yang parah juga. Posisi geografis Ngemplak Caban menjadikan dusun kami punya potensi untuk segera menjadi daerah sub-urban yang menurut beberapa antropolog berpotensi besar untuk menjadi “lingkungan yang menyebalkan”. Kondisi tengah antara bukan kota dan desa tanggung akan membawa beberapa konsekuensi ruwet, perubahan kebiasaan misalnya. Perubahan kebiasaan ini kami percaya akan punya efek domino pada peningkatan beban lingkungan, misalnya dengan semakin banyaknya produk pabrikan yang dikonsumsi warga akan meningkatkan (terutama) sampah plastic ke lingkungan, letak geografis yang tidak jauh dari pusat pemerintahan Sleman menjadikan peningkatan alih lahan jadi hunian punya potensi mengurangi tingkat resapan air hujan, dan masih banyak efek lainnya yang secara umum sudah kita ketahui.
Beberapa langkah memang sudah dilakukan oleh warga, untuk menjaga dan memperbaiki kondisi lingkungan, bahkan sebelum kami ikut serta dalam lomba Yogyakarta Green & Clean. Langkah yang sudah ditempuh warga antara lain memperbaiki sanitasi lingkungan dengan membuat septic tank dan peresapan di tiap rumah tangga, sehingga saat ini bisa dipastikan bahwa tidak ada comberan (peceren) di lingkungan kami.
Beberapa kegiatan lain yang sudah dirintis sebelumnya antara lain dengan dibentuknya paguyuban Ngemplak Caban Asri, sebuah paguyuban pengelolaan sampah yang dipelopori oleh saudara Hempri Suyatna SSos. MSi., bersama para anggota Karang Taruna.
Beberapa kegiatan yang berkait dengan perbaikan lingkungan dan pengolahan sampah menjadi lebih giat sejak RW 7 Ngemplak Caban mengikuti lomba YGC 2008.
Fokus kegiatan pertama, direncanakan di rumah Bp Arjo Almarhum (rumah Sdr. Nanang – Ketua Karang Taruna RW 7). Berbeda dengan RW lain yang mengikuti lomba YGC (cerita dari peserta lain di pelatihan kader YGC, di radio Sonora) dimana mereka mengeluhkan rendahnya partisipasi pemuda, di dusun kami pelopor dan motor kegiatan justru dari anak muda. Para pemuda dan pemudi bahu membahu mengawali kerja tidak hanya di hari minggu, bahkan pada sore dan malam hari seusai jam belajar atau sepulang kerja. Baru kemudian kegiatan menjadi semakin gayeng setelah dari pihak RW ikut turun tangan secara langsung menggerakkan seluruh warga untuk terlibat aktif dalam kegiatan ini.
Keterlibatan aktif warga dan keguyuban merekalah yang membuat banyak perbaikan bisa diselesaikan hanya dalam waktu 3 minggu saja.
Pertama kali yang dilakukan oleh warga antara lain melakukan pembersihan. Minggu pagi hingga siang hari, para bapak bapak membersihkan selokan tepi jalan besar dimana selama ini selokan tersebut oleh para penyewa kios disepanjang jalan itu diperlakukan sebagai ‘tong sampah umum’. Dahan pohon yang mengganggu kabel listrik maupun kabel telpon dipangkas. Pohon yang punya potensi ambruk ke rumah penduduk (ramalan BMG Indonesia sepanjang tahun berpeluang besar dihantam angin kencang) ditebang.
Semua halaman rumah wajib ada lobang sampah, tempat sampah yang berupa bak semen atau buis beton sudah tidak diperbolehkan lagi untuk membuang sampah. Buis beton yang tadinya untuk bak sampah sekarang difungsikan sebagai pot tanaman.
Lobang sampah ditanah tidak dipermanen, karena selain untuk mempercepat pembusukan sampah organic sekaligus digunakan untuk menambah volume peresapan air hujan ke tanah. Kebon kosong yang pemiliknya tidak tinggal di Ngemplak Caban, pembersihan dan pembuatan lobang sampahnya dilakukan secara gotong royong. Selain itu warga juga selama kerja bakti membuat lobang sampah juga bersama sama ‘operasi’ memunguti sampah plastic yang bertebaran dan tertanam di halaman warga.
Tiap Kamis sore para ibu bersama sama menyapu dan membersihkan lingkungan, termasuk membersihkan lahan kosong yang pemiliknya tidak tinggal di Ngemplak Caban. Sementara para pemuda membersihkan pagar kampung dari tebaran lumut dan mengecat ulang dengan labur gamping, kegiatan ini bisa berlangsung hingga tengah malam.
Para remaja putri mengumpulkan wadah apapun, kaleng bekas ataupun botol plastic bekas untuk digunakan menanam pohon dan tanaman hias di sepanjang jalan kampung, dan mengubah beberapa lahan kosong menjadi lahan apotik hidup.
Pagar kampung yang ambruk sebagian karena guncangan gempa diperbaiki secara bergotong royong. Sementara sebagian warga lainnya memperbaiki talud tepi desa di lahan yang akan dijadikan Tempat Penampungan Sampah Sementara Warga RW 7, di tempat yang sama para Pemuda membangun tempat pengolahan pupuk organic dan TPS sekaligus. Pupuk organic yang dikelola oleh Karang Taruna ini adalah kelebihan kotoran kandang yang kemudian diproses untuk dijadikan pupuk siap pakai, pupuk tersebut dikemas dan diberi merk pupuk “SUBUR”, dijual Rp. 3000,- per kantong.
Pengolahan sampah kemasan menjadi berbagai produk tas, juga sudah mulai berjalan, saat ini para ibu yang mengerjakannya sudah mempunyai 3 inventaris mesin jahit. Kegiatan lain yang tak kalah penting adalah penyediaan tong sampah komunal, dimana warga mulai memisahkan sampah non organiknya di tong sampah yang berbeda. Selain itu disediakan juga tong sampah yang lebih kecil untuk warga nantinya membuat kompos dari keluaran sampah organic rumah tangga.
Pembuatan kompos rumah tangga ini memang belum berjalan, namun demikian beberapa bahan yang nantinya kan digunakan dan dibagikan ke warga sudah mulai terbeli dan disimpan, nantinya akan dibagi ke warga segera setelah dilakukan sosialisasi dan pelatihan ke warga, namun sebelumnya kantong kantong untuk memilah sampah rumah tangga sudah dibagi dan dipergunakan warga.
Selain penyediaan tong sampah, warga juga membuat tempat cuci tangan pakai sabun di beberapa titik. Pilihan penempatannya antara lain di kandang kelompok dan jalur ke sawah, tujuannya agar warga yang pulang dari kandang dan dari sawah tidak lupa untuk mencuci tangan pakai sabun. Titik lainnya adalah tempat tempat yang biasa dipakai bermain anak atau banyak anak kecilnya.
Masih ada beberapa rencana yang belum terlaksana, selain karena masalah alokasi waktu, tenaga dan terutama alokasi dana. Rencana yang belum terlaksana antara lain pembuatan kompos rumah tangga, pembuatan sumur resapan di jalan untuk mengurangi limpahan air hujan yang ternyata secara signifikan merusak konblok, juga membuat sumur resapan di selokan yang sudah terlanjur disemen. Masih banyak pekerjaan memang, namun kami semua masih penuh semangat untuk menyelesaikannya…satu demi satu.



Ismail
Warga RT 01 RW 07, Ngemplak Caban

Read More..

Senin, 14 April 2008

Minta Doa dan Dukungannya

Mohon Doa dan Dukungan dari semuanya ya, semoga Padukuhan Ngemplak Caban RW 07 bisa jadi Juara Lomba Green and Clean,,
Hari ini hari pertama penilaian untuk Final Yogyakarta green and Clean 2008. Masyarakat optimis Padukuhan Ngemplak Caban RW 07 bisa jadi juara, dan yang pasti tentu deg-degan juga, karena penilaian dilakukan secara sembunyi, jadi tim juri menilai sebisa mungkin warga itu tidak tau, jadi Peserta lomba tidak bisa mempersiapkan sebelum dinilai. Kalu Padukuhan Ngemplak cban RW 07 bisa jadi Juara, wah.........keren tuh....
Kata Ketua RW 07 " Setiap yang namanya peserta lomba pasti menginginkan kemenangan, tapi jika besok itu RW 07 "belum" bisa meraih juara, tapi tujuan pertama mengikuti Lomba Green and Clean ini untuk merubah pola hidup masyarakat untuk hidup Bersih dan Sehat " tapi bukannya gak mau juara lho........
klo sekarang tetep...RW 07 mengincar juara 1, tapi bagi Padukuhan Ngemplak Caban RW 07 nasuk ke Final Lomba Yogyakarta Green and Claen ini merupakan sebuah prestasi yang sangat membanggakan
gak cuma buat Padukuhan Ngemplak Caban sendiri tapi juga buat Desa Tridadi

Read More..

Minggu, 13 April 2008

My Profile













Surya Saputra namaku, biasa dipanggil kelix, aku lahir di sleman 21 abad yang lalu, umur 4 tahun aku masuk di TK ABA, umur 6 th aku masuk Sekolah Dasar, SD ku di SDN Pangukan, setelah lulus SD aku nglanjutin ke SLTP 1 Sleman, tahun 2001 lulus SLTP masuk ke SMKN 2 Yogyakarta,tahun 2004 lilus kemudian ke Gresik Jawa Timur kerja disebuah Perusahaan Playwood selama Hampir 2 th. Tahun 2006 aku pulang ke Kanpung halamanku, terus ngelanjutin sekolah di POLISENI jogjakarta. Aku ngambil jurusan Teknik Komputer sampai sekarang masih kuliah disana.....
Di Padukuhan Ngemplak Caban RW 07, aku salah satu anggota Karang Tarunanya, dulu pernah jadi sie Humas, terus pernah juga jadi sie Dekorasi, pernah juga jadi ketua Panitia rekreasi tahun 2008 tapi ambyar...he....
klo sekarang aku jadi sie keamanan......
Dalam Lomba Yogyakarta Green and Clean ini aku diberi tugas sebagai sie Dokumentasi, belajar jadi wartawan nih rencananya....ha...ha.....
oiya fotoku gak kelihatan yo....maklum biasanya aku yang ngambil foto, lha ini malah aku yang difoto...

Read More..

Ibu-ibu PKK & Karag Taruna Putri

kalau bicara tentang ibu-ibu PKK di Padukuham Ngemplak caban RW 07 pasti tak akan juuh dengan Karang Taruna Putri RW 07, partisipasi dari ibu-ibu di Padukuhan Ngemplak caban RW 07 tak kalah banyak dengan bapak-bapak Pemuda maupun karang taruna Putri sendiri. Dari pengolahan sampah-sampah plastik yang diolah menjadi berbagai acam kerajinan sampai kegiatan bersih-bersih lingkungan di Wilayah Padukuhan ngemplak caban RW 07, semua itu dilakukan oleh ibu-ibu PKK di Padukuhan Ngemplak Caban RW 07. Maju terus buat ibu-ibu PKK

Read More..